Pembuatan keputusan dapat didefinisikan sebagai penentuan serangkaian kegiatan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pembuatan keputusan ini tidak hanya dilakukan oleh para manajer puncak namun juga para manajer tingkat menengah dan bawah (lini pertama).
Dalam kondisi kepastian (certainty), para manajer mengetahui apa yang akan terjadi pada waktu yang akan dating dikarenakan tersedianya informasi yang akurat, terpercaya, dan dapat diukur sebagai dasar keputusan.
Dalam kodisi ketidakpastian (uncertainty), manajer tidak mengetahui probabilitas bahkan mungkin tidak mengetahui kemungkinan hasil-hasilnya. Kondisi-kondisi ketidakpastian pada umumnya adalah keputusan-keputusan kritis dan paling menarik.
Keputusan yang dilakukan oleh manajer tingkat atas sifatnya rutin dan berulang-ulang, ini disebut keputusan terprogram atau keputusan terstruktur. Terprogram bukan berarti keputusan itu dibuat oleh program computer, tetapi berupa suatu kumpulan prosedur yang dilakukan secara berulang-ulang dan keputusan pada tingkat yang lebih tinggi sifatnya lebih tidak terprogram atau lebih tidak terstruktur.
Secara ringkas keputusan oleh manajemen dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) jenis, yaitu :
a. Keputusan tidak terstruktur (non programmed decision)
keputusan yang sifatnya adalah tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini dilakukan oleh manajemen tingkat atas (top manajer).
b. Keputusan setengah terstruktur (semi programmed decision)
keputusan yang dapat deprogram. Keputusan tersebut masih membutuhkan pertimbangan-pertimbangan dari si pengambil keputusan. Keputusan seperti ini sifatnya rumit dan membutuhkan perhitungan-perhitungan secara analisis yang rinci.
c. Keputusan terstruktur (programmed decision)
keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan, atau prosedur. Keputusan-keputusan yang duhasilkan sifatnya rutin dan berulang-ulang.
Proses Pembuatan Keputusan
Proses Pembuatan Keputusan (Kasus: Pemilihan Modal)
Dalam proses pengambilan keputusan (decision-making process) selalu ada informasi yang menjadi dasar dalam pengambilan keputusan, dimana selanjut dengan menggunakan kaidah yang berlaku pada pelaku pengambil keputusan maka dihasilkan keputusan tersebut. Diagram proses pengambilan keputusan tersebut digambarkan oleh Tasrif (2006) sebagai berikut.
Lebih lanjut, dari keputusan yang diambil juga sering kali dapat mengubah informasi serta kaidah yang menjadi dasar dalam pembuatan keputusan selanjutnya denang proses yang disebut juga dengan umpan balik (feedback). Dengan demikian konsep proses pembuatan keputusan dengan feedback dapat digambarkan sebagai berikut.
Salah satu contoh proses pembuatan keputusan adalah dalam konteks pemilihan moda (sarana) untuk perjalanan. Dengan menggunakan pengelompokan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda sebagaimana yang dijelaskan oleh Tamin (2000), maka diagram tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Dalam pengembangan konsep tersebut, Soleh (2009) memberikan gambaran yang lebih detail mengenai proses pembuatan keputusan memilih moda sebagaimana dapat dilihat sebagaimana diagram pada gambar di bawah ini.
Diperlihatkan pada diagram tersebut bahwa ada dua informasi yang diterima oleh seseorang ketika melakukan perjalanan. Pertama adalah ―Informasi awal di mana informasi ini telah diketahui sejak perjalanan itu "akan" dilakukan. Informasi ini umumnya diperoleh berdasarkan pengalaman perjalanan yang dilakukan pada waktu-waktu sebelumnya. Kedua adalah ―Informasi aktual yang baru diperoleh "ketika" perjalan itu tengah dilakukan. Informasi aktual tersebut selanjutnya akan menjadi informasi awal ketika perjalanan berikutnya akan dilakukan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh maka sesuai dengan kaidah yang berlaku pada seseorang, proses pengambilan keputusan tersebut berlajut hingga ditentukannya keputusan pilihan moda.
Kaidah dalam pemilihan moda terbentuk oleh pemahaman dan persepsi mengenai berbagai faktor yang mempengaruhi perjalanannya. Dengan pemahaman dan persepsi yang berlaku maka dampak dari pilihan-pilihan moda yang tersedia dapat diperkirakan, sehingga selanjutnya menjadi pertimbangan-pertimbangan dalam mengevaluasi pemilihan moda.
Tentunya dari setiap keputusan yang diambil selalu ada dampak yang dihasilkannya, baik negatif maupun positif. Dalam hal ini dampak tersebut selanjutnya menjadifeedback yang dapat sewaktu-waktu mempengaruhi kondisi aktual dan diserap sebagai informasi, serta mengubah kaidah pemilihan moda yang berlaku pada seseorang. Setiap orang bisa menilai dan memberikan respon yang berbeda dalam menanggapi feedback.
KETERLIBATAN BAWAHAN DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN
Para manejer akan sulit untuk membuat keputusan tanpa melibatkan bawahan, keterlibatan ini dapat formal, seperti pengunaan kelompok dalam pembuatan keputusan, atau informal, seperti permintaan akan gagasan.
- 1. Pembuatan Keputusan Kelompok
Banyak manajer merasa bahwa keputusan yang dibuat secara kelompok, seperti panitia lebih efektif karena mereka memaksimumkan pengetahuan lain. Berbagai kebaikan dan kelemahan pembuatan keputusan secara kelompok
Kebaikan
Dalam pengembangan alterna-tif, usaha individual para anggota kelompok dapat memungkinkan pencarian lebih luas dalam berbagai bidang fungsional organisasi.
Kebaikan
Dalam pengembangan alterna-tif, usaha individual para anggota kelompok dapat memungkinkan pencarian lebih luas dalam berbagai bidang fungsional organisasi.
- Dalam penilaian alternatif, kelompok mempunyai kerangka pandangan yang lebih lebar.
- Dalam pemilihan alternatif kelompok lebih dapat meneri-ma risiko disbanding pembuat keputusan individual.
- Karena berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, para anggota kelompok secara individudal lebih termotivasi untuk melaksanakan keputusan.
- Kreativitas yang lebih besar dihasilkan dari interaksi antar individu dengan berbagai pandangan yang berbeda- beda.
- Implementasi suatu keputusan apakah dibuat oleh kelompok atau tidak, haru diselesaikan oleh para manejersecara individual. Karena kelompok tidak diberikan tanggung jawab, keputusan kelompok dapat menghasilkan situasi dimana tidak seorangpun merasa bertanggung jawab dan saling melempar tanggung jawab.
- Berdasarkan pertimbangan nilai dari waktu sebagai salah satu sumber daya organisasi, keputusan kelompok sangant memakan biaya.
- Pembuatan keputusan kelompok adalah tidak efesien bila keputusan harus dibuat dengan cepat.
- Keputusan kelompok, dalam berbagai kasus, dapat merupakan hasil kompromi atau bukan sepenuhnya keputusan kelompok.
- Bila atasan terlilbat, atau salah satu anggota mempunyai kepribadian yang dominan, keputusan yang dibuat kelompok dalam kenyataannya bukan keputusan kelompok.
Kelemahan
1. Implementasi suatu keputusan apakah dibuat oleh kelompok atau tidak, haru diselesaikan oleh para manejersecara individual. Karena kelompok tidak diberikan tanggung jawab, keputusan kelompok dapat menghasilkan situasi dimana tidak seorangpun merasa bertanggung jawab dan saling melempar tanggung jawab.
- Berdasarkan pertimbangan nilai dari waktu sebagai salah satu sumber daya organisasi, keputusan kelompok sangant memakan biaya.
- Pembuatan keputusan kelompok adalah tidak efesien bila keputusan harus dibuat dengan cepat.
- Keputusan kelompok, dalam berbagai kasus, dapat merupakan hasil kompromi atau bukan sepenuhnya keputusan kelompok.
Bila atasan terlilbat, atau salah satu anggota mempunyai kepribadian yang dominan, keputusan yang dibuat kelompok dalam kenyataannya bukan keputusan kelompok.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.